Minggu, 17 Juli 2016

Kangaroo Island, Serasa Menjelajah Pulau Pribadi



Yaris putih yang kami sewa di ‘budget rent car’ yang beralamat di 274 North Terrace (Cnr Frome St) Adelaide dengan harga sewa sekitar AUD 42 per hari (belum termasuk asuransi dan deposit), melaju kencang di jalanan luar kota Australia yang sangat sangat sepi sekali.

Sebelum boleh meminjam mobil putih ini, si pemilik mobil sempat berpidato di depan kami, tentang tata cara mengemudi di Australia dan pentingnya asuransi. Karena orang itu ngomongnya cepat banget, pakai English pula, hanya 30% kalimat-kalimat panjangnya yang dapat dicerna oleh otakku yang lemot ini. Sedangkan si ayah disebelahku, sibuk mengangguk-angguk sok paham.
“Where do you live in Indonesia?” tanya si empunya mobil.
“Jakarta.”                                                                        
“I know about Jakarta. There’s the centre of traffic, right? Pusat kemacetan di Indonesia? Kalau kamu bisa menyetir di Jakarta, kamu tentu bisa menyetir di jalanan yang sepi di Australia ini. Oke. Kamu boleh membawa mobilku.”
Dan, kunci mobil berplat nomer S263AVO berpindah dengan sukses ke tangan si ayah. Kami segera berkendara menuju Cape Jervis (106 km dari Adelaide). Cape Jervis ini merupakan tempat dimana SeaLink berlabuh, kapal yang akan membawaku ke Kangaroo Island, pulau terbesar ketiga di Australia setelah Tazmania dan Melville.
Aku tau tentang Kangaroo Island pertama kali adalah ketika membaca buku temanku sendiri yang bernama Anida Dyah, dia menuliskan tentang Kangaroo Island sebagai “sebuah pulau yang dihuni oleh ribuan aneka flora dan fauna asli Australia yang hidup liar tapi terlihat sangat jinak. Kita bisa saja berpapasan dengan kanguru, wallaby, wombat, dan bandicoot di belokan jalan, beristirahat di bawah pohon yang dihuni oleh koala dan possum, bahkan berenang dengan lumba-lumba disaksikan oleh singa laut yang bermalas-malasan di atas bebatuan.” Siapa yang tidak tertarik pergi ketempat itu coba?

“Lihat! Ada kanguru!” teriakku mengagetkan si ayah yang sedang menyetir. Sebenarnya aku sudah beberapa kali melihat kanguru melompat bebas ketika menempuh perjalanan Sydney – Melbourne lewat darat beberapa waktu yang lalu. Tapi kanguru kali ini, berdiri di pinggir jalan, tepat di sebelah mobil, membuatku tanpa sadar berteriak antusias. “Ntar di Kangaroo Island juga banyak banget kanguru menyeberang jalan” kata si ayah yang sudah pernah ke Kangaroo Island sebelumnya.



Kami tiba di Cape Jervis jam 8 pagi, dengan bantuan GPS. Semua mobil di Australia sudah dilengkapi dengan GPS yang biasanya tergantung di kaca depan. GPS disini cerewet sekali, ‘turn right five hundred meters ahead’ teriaknya, atau ‘over road’ jika kami salah mengambil belokan. Sesekali GPS juga berteriak ‘you are over limit’ jika kecepatan mobil melebihi peraturan.

SeaLink
Jam 9 pagi, kami sudah berada di dalam SeaLink yang berenang perlahan menuju Kangaroo Island. Tiket kapal ini adalah AUD 49 per orang untuk sekali jalan (one way). Dan biaya angkut mobil AUD 98 one way. Hhhh, sangat menguras kantong sebenarnya. Dalam sehari, SeaLink melayani 4 kali pelayaran.



Penneshaw, gerbang masuk Kangaroo Island
Sekitar satu jam berlayar, kami tiba di Penneshaw, gateway to Kangaroo Island. Pelayaran berjalan tenang dalam cuaca yang baik sehingga perairan tidak begitu bergelombang. Begitu duduk kembali di dalam mobil, aku langsung membentangkan peta Kangaroo Island yang aku dapat dari dalam kapal tadi.
 
sendirian di Prospect Hill

Kangaroo Island membentang sejauh 155 km dari timur ke barat, dan dihuni oleh sekitar 4600 orang. Ada dua jalur utama dalam peta itu, jalur utara dan jalur selatan. Kebanyakan titik-titik tempat wisata berada di jalur selatan.

“Hari ini kita menjelajah bagian timur dulu, batasnya sampai Kingscote karena ntar malam kita nginap di Kingscote. Besok kita menjelajah bagian barat. Kapal kita akan berlayar kembali ke Cape Jervis besok sore jam 17.30” kata si ayah menjelaskan.



Prospect Hill
Dalam perjalanan menuju Kingscote (ibukota Kangaroo Island), kami mampir ke sebuah bukit yang bernama Prospect Hill. Hanya ada mobil kami di tempat parkir, duduk sendirian, sepi. Aku berjalan di jalan tanah, dengan gerumbulan semak di sekelilingku. Hanya terdengar suara gagak berkaok-kaok yang terbang mencari mangsa di atas kepalaku.

Tidak berapa lama, aku menemukan tangga kayu yang memanjang ke atas, berkelok-kelok ke arah puncak Prospect Hill. Satu demi satu, kaki kulangkahkan meniti tangga itu. Di sepanjang jalan, banyak terdapat papan peringatan, dengan berbagai gambar jejak binatang yang berbeda, memberitahuku supaya berhati-hati, karena masih banyak hewan liar di sekitar sini.
 
jalan menuju puncak Prospect Hill

Sampai di puncak Prospect Hill, alam indah Kangaroo Island terlihat. Pohon-pohon berwarna hijau, perairan yang mengelilingi pulau, jalan mulus memanjang tanpa penghuni.

Dulunya, bukit ini didaki oleh Matthew Flinders pada 4 April 1802, dan diberi nama Prospect Hill. Tetapi sekarang, banyak penduduk lokal menyebut bukit ini sebagai Mount Thisby.



American River
Kembali menuju Kingscote, untuk kedua kalinya kami keluar dari jalan utama, kali ini ke arah American River. Tempat ini merupakan sebuah ‘little town’ yang dihuni oleh sekitar 250 orang. Nama American River diberikan setelah serombongan pelaut Amerika mendarat disini pada tahun 1803.

Tempat paling menarik disini yaitu Pelican Lagoon, dimana banyak banget Pelican (burung besar berparuh panjang), bersantai di pinggir pantai.

Emu Bay
Emu adalah nama burung asli Australia, dengan tubuh yang berukuran besar, Emu menjadi burung yang tidak dapat terbang terbesar kedua di dunia, setelah burung Unta. Tinggi burung Emu bisa mencapai 2 meter, dengan berat 45 kg.
 
jetty di Emu Bay

Sesuai namanya, di Emu Bay banyak burung Emu berkeliaran. Aku menghabiskan waktu sepanjang sore disini, sambil menikmati sunset di pinggir perairan yang tenang. Didepanku, terlihat jetty yang memanjang ke arah laut, dengan ujung yang terlihat jauh. Sedangkan di belakangku, rumah-rumah penduduk diam membisu, memberikan ketenangan, sebuah tempat yang sangat menarik untuk menghabiskan masa tua.

memandang daratan dari ujung jetty

Bersambung.. kesini

8 komentar:

  1. Cerita perjalanan yang menarik Mbak. Karena saya belum pernah Australia catatan ini memberi sedikit masukan tentang negeri ini. Oh ya tentang Emu Bay Kenapa diberi nama burung raksasa ini ya? Apakah dulunya di tempat ini banyak burung EMU atau bentuk teluknya yang menyerupai burung?

    BalasHapus
  2. Sampai sekarang ditempat ini masih banyak Emu-nya. tapi waktu itu aku cuma liat 2, mungkin krn pas musim dingin. kalo musim panas katanya ada lebih banyak lagi.

    BalasHapus
  3. Biaya parkir yang dikeluarkan slm berada di pulau ini bgmn kak

    BalasHapus
  4. Biaya parkir yang dikeluarkan slm berada di pulau ini bgmn kak

    BalasHapus
  5. Parkir gratis. cuma bayar pas mau masuk Flinders Chase National Park (ujung barat pulau) dan kalau masuk Seal Bay (pesisir selatan yang banyak singa lautnya). Selain itu gratis semua, tinggal pilih mau kemana.

    BalasHapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus