Senin, 10 April 2017

Air Terjun Temam yang Berbentuk Seperti Tirai, Wisata Lubuk Linggau SumSel






Aku mendarat di Bandara Fatmawati Bengkulu, satu jam sebelum tengah malam. Seperti biasa, kegiatan pertama yang kulakukan begitu turun dari pesawat adalah menyalakan handphone. Ting. Ada pesan masuk dari si ayah. “Aku lagi di Kepahiang, dua jam perjalanan dari Bengkulu. Jalan antarkota di Sumatera rawan kalau malam hari, sepi dan serem, nggak seperti jalanan di Pulau Jawa yang selalu ramai, jadi kamu nginep aja dulu di Bengkulu, ntar biar dijemput sopirku namanya Aga”.

Tidak berapa lama kemudian, ting. Ada pesan baru masuk. “Selamat malam, saya Aga, yang disuruh jemput mbak Tyas. Saya sudah di depan pintu kedatangan, pakai kaos hitam dan celana pendek”.

Hmm, udah lama nih aku nggak janjian sama cowok, jadi deg-deg-an. Tengah malam pula, di tempat asing yang baru kali ini kudatangi, nggak kenal siapa-siapa, membuat gelisah dan gundah gulana. Singkat cerita, akhirnya aku bertemu dengan si Aga dan langsung diboyong ke Hotel Pasir Putih Resort.


Baru tidur beberapa saat, belum sempat mimpi, aku sudah harus bangun dan bersiap-siap karena si Aga mau menjemputku lagi, kali ini aku hendak dibawa ke Kepahiang. Pasrah deh, kemanapun kamu akan membawaku.

Jam enam berangkat dari Bengkulu, dengan berjalan santai melewati jalanan berliku, naik turun, kanan kiri hutan, akhirnya aku sampai Kepahiang jam delapan karena jalan banyak yang rusak sehingga mobil tidak bisa ngebut. Bukan hanya jalan yang jelek, ternyata sinyal disinipun juga jelek. Huhu, jadi nggak bisa update status.

Jam sembilan pagi, aku kembali berangkat, kali ini ke arah Lubuk Linggau Sumsel, bersama sopir yang lain lagi, bernama mas Edy. Kalau Aga orang asli Bengkulu, maka mas Edy ini asli Kepahiang. Saatnya mengucapkan salam perpisahan pada Aga. Ternyata, dua hari kemudian aku ketemu Aga lagi, yaitu ketika aku menjelajah rumah pengasingan Bung Karno di Bengkulu, ternyata Aga juga sedang mengantar turis laen dari Jakarta. Tapi ntar cerita ini di halaman berikutnya saja ya. Kita ngomongin Lubuk Linggau dulu yuk ah.

Dari Kabupaten Kepahiang, kami masuk wilayah Curup, yang merupakan ibukota Kabupaten Rejang Lebong. Selama melintasi jalan Curup, di kanan kiri jalan raya berjejer rumah-rumah tua yang terdiri dari dua lantai, terbuat dari papan-papan kayu dengan banyak sekali jendela yang mengelilingi rumah, dengan tangga menuju lantai dua yang terdapat di samping rumah (di bagian luar rumah).

Tidak berapa lama, aku sampai di perbatasan antara Provinsi Bengkulu dan Provinsi Sumatera Selatan. Tugu perbatasannya tidak semegah perbatasan antar provinsi di Pulau Jawa. Begitu melewati batas provinsi, berarti aku sudah masuk wilayah Lubuk Linggau.

Secara keseluruhan, jalan raya Kepahiang – Lubuk Linggau lebih mulus daripada jalan raya Bengkulu – Kepahiang. Kata penduduk lokal sih karena Gubernur Bengkulu saat ini berasal dari Lubuk Linggau, makanya jalan ke Lubuk Linggau terawat.

Lubuk Linggau, terkenal karena dilewati oleh jalan raya lintas Sumatera. Jadi nih katanya, kalau ada bus jurusan Jakarta – Medan, biasanya lewat jalan ini, jalannya luruuus membelah tengah Pulau Sumatera dari atas ke bawah. Aku jadi penasaran pengen nyobain bus jurusan Jakarta – Medan yang katanya berjalan selama tiga hari baru sampai tempat tujuan, dan melintasi tidak kurang dari tujuh provinsi.

Tujuan utamaku ke Lubuk Linggau adalah mengunjungi Air Terjun Temam. Untuk dapat sampai ketempat ini, aku sempat melewati Bandara Silampari yang berada di Lubuk Linggau. Bandara ini sekarang sudah melayani penerbangan ke Jakarta, sehingga warga Lubuk Linggau tidak perlu ke Bengkulu terlebih dahulu jika ingin terbang ke Jakarta.


dan, inilah dia Air Terjun Temam
Aku tertarik pada air terjun ini setelah membaca tulisan tentang Niagara mini yang ada di Sumsel, bernama Air Terjun Temam. Tidak begitu sulit menemukan air terjun ini. Dari jalan utama Curup – Lubuk Linggau, kita tinggal berbelok ke kanan ke arah Bandara Silampari. Dari sini, sudah terpasang spanduk besar bergambar Air Terjun Temam di setiap persimpangan jalan, kita tinggal mengikuti tanda panahnya.

Sepi. Hanya sepi yang kutemukan di tempat wisata unggulan Lubuk Linggau ini. Asyik. Tidak seperti kebanyakan tempat wisata yang ada di Pulau Jawa yang biasanya selalu padat dikunjungi wisatawan (sampai mau foto selfie aja susahnya minta ampun), di Air Terjun Temam ini hanya ada kami bertiga, aku, Zita, dan si ayah. “Kalau hari libur ramai mbak, tapi tidak seramai obyek wisata di Pulau Jawa sih” kata petugas tiket masuk setelah mengetahui kalau aku berasal dari Jawa.

Hanya dengan dua ribu rupiah per lembar tiketnya, aku mulai menapaki jalan menuju Air Terjun Temam. Dari tempat penjualan tiket, suara air bergemuruh sudah terdengar jelas, menandakan kalau air terjun terletak tidak begitu jauh dari sini. Benar saja, hanya beberapa puluh kali kaki melangkah, air terjun itu sudah terlihat di depan mataku.
 
tangga menuju air terjun
Di bagian atas samping air terjun, terdapat sebuah jembatan yang memungkinkan kita berfoto cantik dengan latar belakang air terjun yang seolah membentuk sebuah tirai.
 
di atas jembatan


Selain Air Terjun Temam, tempat wisata lain yang ada di Lubuk Linggau adalah Bukit Sulap dan WaterVang.

Baca juga :

1 komentar: