Yaris putih yang kami sewa di ‘budget rent
car’ yang beralamat di 274 North Terrace (Cnr Frome St) Adelaide dengan harga
sewa sekitar AUD 42 per hari (belum termasuk asuransi dan deposit), melaju kencang
di jalanan luar kota Australia yang sangat sangat sepi sekali.
Sebelum boleh meminjam mobil putih ini, si pemilik mobil sempat berpidato di depan kami, tentang tata cara mengemudi di Australia dan pentingnya asuransi. Karena orang itu ngomongnya cepat banget, pakai English pula, hanya 30% kalimat-kalimat panjangnya yang dapat dicerna oleh otakku yang lemot ini. Sedangkan si ayah disebelahku, sibuk mengangguk-angguk sok paham.
Sebelum boleh meminjam mobil putih ini, si pemilik mobil sempat berpidato di depan kami, tentang tata cara mengemudi di Australia dan pentingnya asuransi. Karena orang itu ngomongnya cepat banget, pakai English pula, hanya 30% kalimat-kalimat panjangnya yang dapat dicerna oleh otakku yang lemot ini. Sedangkan si ayah disebelahku, sibuk mengangguk-angguk sok paham.
“Where
do you live in Indonesia?” tanya si empunya mobil.
“Jakarta.”
“I
know about Jakarta. There’s the centre of traffic, right? Pusat kemacetan di Indonesia?
Kalau kamu bisa menyetir di Jakarta, kamu tentu bisa menyetir di jalanan yang
sepi di Australia ini. Oke. Kamu boleh membawa mobilku.”
Dan,
kunci mobil berplat nomer S263AVO berpindah dengan sukses ke tangan si ayah.
Kami segera berkendara menuju Cape Jervis (106 km dari Adelaide). Cape Jervis ini merupakan
tempat dimana SeaLink berlabuh, kapal yang akan membawaku ke Kangaroo Island,
pulau terbesar ketiga di Australia setelah Tazmania dan Melville.
Aku tau tentang Kangaroo Island pertama
kali adalah ketika membaca buku temanku sendiri yang bernama Anida Dyah, dia
menuliskan tentang Kangaroo Island sebagai “sebuah
pulau yang dihuni oleh ribuan aneka flora dan fauna asli Australia yang hidup
liar tapi terlihat sangat jinak. Kita bisa saja berpapasan dengan kanguru,
wallaby, wombat, dan bandicoot di belokan jalan, beristirahat di bawah pohon
yang dihuni oleh koala dan possum, bahkan berenang dengan lumba-lumba disaksikan
oleh singa laut yang bermalas-malasan di atas bebatuan.” Siapa yang tidak
tertarik pergi ketempat itu coba?
“Lihat! Ada kanguru!” teriakku mengagetkan
si ayah yang sedang menyetir. Sebenarnya aku sudah beberapa kali melihat
kanguru melompat bebas ketika menempuh perjalanan Sydney – Melbourne lewat
darat beberapa waktu yang lalu. Tapi kanguru kali ini, berdiri di pinggir
jalan, tepat di sebelah mobil, membuatku tanpa sadar berteriak antusias. “Ntar
di Kangaroo Island juga banyak banget kanguru menyeberang jalan” kata si ayah
yang sudah pernah ke Kangaroo Island sebelumnya.
Kami tiba di Cape Jervis jam 8 pagi,
dengan bantuan GPS. Semua mobil di Australia sudah dilengkapi dengan GPS yang
biasanya tergantung di kaca depan. GPS disini cerewet sekali, ‘turn right five
hundred meters ahead’ teriaknya, atau ‘over road’ jika kami salah mengambil
belokan. Sesekali GPS juga berteriak ‘you are over limit’ jika kecepatan mobil
melebihi peraturan.
SeaLink
Jam 9 pagi, kami sudah berada di dalam
SeaLink yang berenang perlahan menuju Kangaroo Island. Tiket kapal ini adalah AUD 49 per orang untuk sekali jalan (one way). Dan biaya angkut mobil AUD 98 one way.
Hhhh, sangat menguras kantong sebenarnya. Dalam sehari, SeaLink melayani 4 kali
pelayaran.
Penneshaw, gerbang masuk Kangaroo Island
Sekitar satu jam berlayar, kami tiba di
Penneshaw, gateway to Kangaroo Island. Pelayaran berjalan tenang dalam cuaca
yang baik sehingga perairan tidak begitu bergelombang. Begitu duduk kembali di
dalam mobil, aku langsung membentangkan peta Kangaroo Island yang aku dapat
dari dalam kapal tadi.
Kangaroo Island membentang sejauh 155 km
dari timur ke barat, dan dihuni oleh sekitar 4600 orang. Ada dua jalur utama
dalam peta itu, jalur utara dan jalur selatan. Kebanyakan titik-titik tempat wisata
berada di jalur selatan.
“Hari ini kita menjelajah bagian timur
dulu, batasnya sampai Kingscote karena ntar malam kita nginap di Kingscote.
Besok kita menjelajah bagian barat. Kapal kita akan berlayar kembali ke Cape
Jervis besok sore jam 17.30” kata si ayah menjelaskan.
Prospect Hill
Dalam perjalanan menuju Kingscote (ibukota
Kangaroo Island), kami mampir ke sebuah bukit yang bernama Prospect Hill. Hanya
ada mobil kami di tempat parkir, duduk sendirian, sepi. Aku berjalan di jalan
tanah, dengan gerumbulan semak di sekelilingku. Hanya terdengar suara gagak
berkaok-kaok yang terbang mencari mangsa di atas kepalaku.
Tidak berapa lama, aku menemukan tangga
kayu yang memanjang ke atas, berkelok-kelok ke arah puncak Prospect Hill. Satu
demi satu, kaki kulangkahkan meniti tangga itu. Di sepanjang jalan, banyak
terdapat papan peringatan, dengan berbagai gambar jejak binatang yang berbeda, memberitahuku supaya berhati-hati, karena masih
banyak hewan liar di sekitar sini.
Sampai di puncak Prospect Hill, alam indah
Kangaroo Island terlihat. Pohon-pohon berwarna hijau, perairan yang
mengelilingi pulau, jalan mulus memanjang tanpa penghuni.
Dulunya, bukit ini didaki oleh Matthew
Flinders pada 4 April 1802, dan diberi nama Prospect Hill. Tetapi sekarang,
banyak penduduk lokal menyebut bukit ini sebagai Mount Thisby.
American River
Kembali menuju Kingscote, untuk kedua
kalinya kami keluar dari jalan utama, kali ini ke arah American River. Tempat
ini merupakan sebuah ‘little town’ yang dihuni oleh sekitar 250 orang. Nama
American River diberikan setelah serombongan pelaut Amerika mendarat disini
pada tahun 1803.
Tempat paling menarik disini yaitu Pelican
Lagoon, dimana banyak banget Pelican (burung besar berparuh panjang), bersantai
di pinggir pantai.
Emu Bay
Emu adalah nama burung asli Australia,
dengan tubuh yang berukuran besar, Emu menjadi burung yang tidak dapat terbang
terbesar kedua di dunia, setelah burung Unta. Tinggi burung Emu bisa mencapai 2
meter, dengan berat 45 kg.
Sesuai namanya, di Emu Bay banyak burung
Emu berkeliaran. Aku menghabiskan waktu sepanjang sore disini, sambil menikmati
sunset di pinggir perairan yang tenang. Didepanku, terlihat jetty yang
memanjang ke arah laut, dengan ujung yang terlihat jauh. Sedangkan di
belakangku, rumah-rumah penduduk diam membisu, memberikan ketenangan, sebuah
tempat yang sangat menarik untuk menghabiskan masa tua.
memandang daratan dari ujung jetty |
Bersambung.. kesini
Cerita perjalanan yang menarik Mbak. Karena saya belum pernah Australia catatan ini memberi sedikit masukan tentang negeri ini. Oh ya tentang Emu Bay Kenapa diberi nama burung raksasa ini ya? Apakah dulunya di tempat ini banyak burung EMU atau bentuk teluknya yang menyerupai burung?
BalasHapusSampai sekarang ditempat ini masih banyak Emu-nya. tapi waktu itu aku cuma liat 2, mungkin krn pas musim dingin. kalo musim panas katanya ada lebih banyak lagi.
BalasHapusBiaya parkir yang dikeluarkan slm berada di pulau ini bgmn kak
BalasHapusBiaya parkir yang dikeluarkan slm berada di pulau ini bgmn kak
BalasHapusParkir gratis. cuma bayar pas mau masuk Flinders Chase National Park (ujung barat pulau) dan kalau masuk Seal Bay (pesisir selatan yang banyak singa lautnya). Selain itu gratis semua, tinggal pilih mau kemana.
BalasHapustempatnya menarik sekali ya kak..
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus