Aku tiba di Adelaide jam
6 pagi, dengan mengendarai bus FireFly yang berangkat dari Southern Cross Coach
Terminal yang terletak di sebelah (masih satu bangunan dengan) Southern Cross
Station Melbourne. Harga tiket bus waktu itu (juli 2015) adalah $60. Jadwal
berangkatnya sih jam 8 malam. Tapi jam 18.30 aku sudah berada di terminal ini,
takut tertinggal bus karena jadwal berangkat bus sangat ontime.
Ketika aku tiba di
terminal, aku lihat gate 59 (gate keberangkatanku) sudah terisi oleh bus
bertuliskan FireFly. Bus-nya tinggi seperti bus tingkat. Aku berjalan tergesa
mendekati bus itu.
“Sydney?” tanya supir
bus ketika melihatku berjalan mendekat. “No. Adelaide” kataku sambil
menunjukkan tiket bus di tanganku. “Oh, wait a moment. The bus is not coming yet” kata si supir dengan ramah. Hhh, ternyata itu bus menuju Sydney.
Lha beberapa hari yang lalu aku baru datang dari Sydney menuju Melbourne, mosok
balik lagi ke Sydney? Kali ini aku lanjut ke Adelaide dong, jadi aku menunggu bus
ke Adelaide di bangku terminal.
Perjalanan
Melbourne – Adelaide
Nomer kursi memang belum
tercantum di tiket, nomer diberikan ketika kita memasukkan barang bawaan ke
bagasi bus. Bagasi bus sangat besar dan tinggi, itulah sebabnya bus terlihat
tinggi seperti bus tingkat, karena ukuran bagasinya yang besar, jadi tangga
menuju tempat duduk penumpang lumayan tinggi, sedangkan tempat duduk supir
berada di bagian bawah. Barang bawaan yang dibawa para penumpangpun kebanyakan
koper ukuran jumbo, termasuk koperku.
Begitu bus jurusan
Sydney berangkat, tidak berapa lama kemudian masuklah FireFly jurusan Adelaide.
Supirnya sudah tua, dengan rambut putih memenuhi kepala, sama dengan supir bus
jurusan Sydney tadi yang juga sudah berambut putih. Tetapi jangan khawatir, meskipun
sudah tua, para supir ini masih sigap mengendalikan laju bus, tidak ugal-ugalan
seperti di Indonesia. Supir tram yang kunaiki selama aku di Melbourne juga rata-rata
sudah tua, sedangkan yang muda-muda biasanya bekerja di gedung perkantoran yang
tinggi-tinggi.
model rumah di Adelaide |
Jarak Melbourne –
Adelaide yang jauhnya hampir dua kali lipat jarak Jogja – Jakarta, ditempuh
dalam waktu singkat yaitu 10 jam, karena jalan luar kota Australia sangatlah
sepi, sehingga bus dapat melaju dengan kencang tanpa saling menyalip dengan
kendaraan lain. Sepanjang perjalanan, hampir tidak ada kendaraan yang
berpas-pasan dengan kami, hanya ada bus kami yang berjalan seorang diri dalam
kegelapan malam.
Rumah
Kontrakan di Adelaide
Selama di Adelaide, kami
tinggal di South Road, Mile End, di sebuah rumah kontrakan yang terdiri dari
dua kamar tidur, satu kamar mandi, dan sebuah ruang memanjang yang menjadi satu
dengan dapur di salah satu pojoknya.
model dapur di Adelaide |
Dapur
disini dilengkapi dengan oven, kompor, dan hexos di atas kompor utk
menyerap segala macam bau-bauan selama kita memasak. Kalo ada bau gosong
sedikit saja, alarm otomatis menyala dan dlm waktu singkat pemadam
kebarakan sudah sampai di rumah kita. Gas disini disalurkan melalui
selang, bukan dg tabung seperti di Indonesia. Utk menghidupkan kompor
harus menggunakan dua tangan, satu utk memutar kenop, satu lagi
menyalakan api, agak ribet sih, lebih praktis kompor gas di Indonesia.
Harga sewa tempat ini sekitar AUD 320 per 2
minggu. Di belakang rumah, terdapat lahan kosong kecil, tempat menjemur
pakaian. Tetapi di musim dingin ini, sangat susah menjemur pakaian, meskipun matahari
bersinar terik, tetapi udara tetap saja dingin dengan suhu sekitar 3-11 derajat
setiap harinya. Akhirnya, aku lebih sering menjemur pakaian di dalam rumah,
kuletakkan di depan pemanas ruangan. Entah dimana orang-orang Australia menjemur pakaian mereka di musim dingin.
di depan rumah kontrakan, ada 6 rumah di bangunan ini |
SIM
di Adelaide
Di Adelaide, kami sering
bepergian naik mobilnya si ayah. Gaya nih ayah, di Indonesia aja nggak punya
mobil, di Adelaide malah bisa beli camry meskipun tahunnya tua yaitu 1993.
Walaupun keluaran lama, tapi mobilnya sudah matic lho. Bahkan mobil-mobil tahun
80-an juga sudah banyak yang matic. Kalau di Indonesia, mobil matic baru
semarak setelah tahun 2000 ke atas.
Untuk bisa menyetir di
Australia, kita tinggal translate sim Indonesia kita ke lembaga transleter yang
telah tersumpah (sworn translators). Waktu itu si ayah translate di tempat Pak
Tomik Subagio yang beralamat di 6/241 Young Street, Unley SA 5061 Australia
dengan biaya AUD 25. Pak Tomik ini sebenarnya orang Indonesia tetapi sudah lama
tinggal di Australia. Bahasa Indonesia yang digunakannya pun sudah aneh tata
bahasanya, saking lamanya beliau tinggal di Australia dan sudah jarang
berbicara menggunakan bahasa Indonesia.
Selama
berkeliling Australia, belum pernah sekalipun aku mendengar klakson kendaraan.
Kalau di Adelaide sih sepi kendaraan, tidak ada alasan untuk membunyikan
klakson. Tetapi di pusat kota Sydney dan Melbourne, dimana jalanan kota sempit,
kadang terjadi kemacetan disana. Tetapi meskipun macet, tidak sekalipun suara
klakson terdengar, tidak seperti di Indonesia dimana ada macet, disitu pasti
ada suara klakson bersahut-sahutan dengan merdu. Aku sampai heran, apa mobil di
Australia dibuat tanpa klakson ya? “Coba yah, klaksonnya dipencet, bunyi nggak?”
tanyaku penasaran.
Kebiasaan
di Indonesia, kebawa ke Australia
Lampu lalu lintas
terdiri dari 3 warna, merah, kuning, dan hijau. Warna kuning artinya
berhati-hati, maksudnya pelankan kendaraanmu karena sebentar lagi lampu merah
akan menyala. Nah, kebiasaanku nih, kalo lampu kuning malah makin mempercepat
laju kendaraan, keburu kena warna merah. Iya nggak? Kamu juga kan? Hayo ngaku.
Begitu juga si ayah. Di
Australia, begitu lampu menyala kuning, si ayah malah tancap gas keburu kena
lampu merah. Beberapa centimeter dari garis batas putih, tiba-tiba lampu merah
sudah menyala. “Haduh, kena nggak ya?” tanya si ayah mpe keringetan padahal
suhu Adelaide saat itu 9⁰C
karna sedang musim dingin. “Tadi pas kita lewat, lampunya udah merah apa masih
kuning?” tanyanya lagi sambil deg2an. Sampai 3 hari berikutnya, si ayah nggak
bisa tidur, takut tiba2 datang surat tilang masuk ke kotak pos-nya.
jalan raya Adelaide, lebar dan sepi |
Hehehe, jangan ditiru
ya. Sedikit saja melanggar lampu merah atau peraturan lalu lintas lainnya,
dendanya muahal buanget lho. Aku aja nggak diijinin ma si ayah ketika pengen
nyoba nyetir mobil matic, alasannya karna sim A ku masih berbahasa Indonesia,
belum ditranslate. Padahal liat jalan raya Adelaide yg super duper lebar (1
jalur bisa muat 6-8 mobil), dan jumlah kendaraan yg super duper sedikit, gatel
rasanya pengen nyetir mobil, jalan raya berasa milik pribadi.
Mahalnya
Ongkos Parkir di Australia
Meskipun mempunyai
kendaraan sendiri, untuk keliling Kota Adelaide, kami jarang menggunakan mobil
pribadi dikarenakan tarif parkir yang mahal, bisa mencapai AUD 3 per jam. Tarif
parkir berbeda di setiap tempat. Bahkan beda jam, beda pula ongkos parkirnya.
mesin parkir |
Biaya parkir, bisa kita
bayar di mesin parkir yang tersebar di sepanjang tempat parkir. Kita tentukan
dulu berapa lama kita akan parkir disitu, misal 2 jam, maka kita pencet tombol
2 jam. Setelah biaya parkir nongol di layar, kita masukkan uang ke dalam
lubang, kemudian keluarlah tiket parkir kita yang bertuliskan tanggal parkir,
serta jam expires tiket kita. Setelah itu, pasang tiket kita di dashboard mobil
supaya terlihat dari luar. Jika sampai batas waktu habis mobil kita masih
nongkrong disitu, kita akan kena denda yang mahal.
Karena mahalnya ongkos
parkir itulah, mobil hanya kami pakai bila tujuan lumayan jauh dari kota, misal
ke Hahndorf, Gumeracha, Cleland, Mount Lofty, Barossa, Gawler, dsb. Sedangkan untuk di
dalam kota, kami lebih sering bepergian naik tram maupun bus umum.
tram melintas di jalan raya |
Tengsin
di dalam Tram Adelaide
Suatu hari, si ayah
ngajak ke Glenelg naik tram. Kami naik tram dari depan Rundle Mall (tempat
nongkrong asyik di Adelaide, dimana sepanjang jalan banyak pengamen kece,
pengamen disini ganteng2 dan keren2 lho). Begitu di dlm tram, si ayah beli
tiket di mesin yg ada di sebelah pintu (disini tdk ada orang penjual tiket,
jadi kita harus bisa melayani diri sendiri).
Setelah tiket berada di
tangan, dia masukin tuh tiket ke mesin satunya lagi. Tet tot. Tiket terlontar
keluar, ditolak oleh mesin. Waduh. Untung tramnya sepi, jadi nggak malu2 amat
deh. Aku kemudian membaca tulisan yg ada di dlm tram. Ternyata, untuk tram di
dalam kota, sama dengan di Melbourne, yaitu free alias gratis. Pantes tiketku
ditolak mesin, soalnya aku masih berada di dlm kota. Ntar kalo dah di luar
city, baru tiket bisa dimasukin mesin.
Tiket
Tram dan Bus Umum
Harga tiket tram dan bus
di Adelaide dihitung berdasarkan waktu, bukan berdasarkan jarak. Kalau di
Indonesia kan ongkos bus umum dihitung berdasarkan jarak. Semakin jauh jarak
yang kita tempuh, maka semakin mahal ongkos yang kita keluarkan.
Di Adelaide, harga tiket
ditentukan berdasarkan waktu. Misal AUD 3 untuk satu jam. Jadi kita bebas
kemanapun naik tram atau bus, bisa pula berganti-ganti jurusan bus, tanpa perlu
membeli tiket lagi, asal tiketnya belum expired jam berlakunya.
Sama seperti tram, utk
tiket bus, bisa kita beli di mesin yg ada di sebelah pintu masuk bus.
byk bangunan unik seperti ini di Adelaide |
Kali
ini Tengsin di dlm Bus
Ada hal lucu nih yg
dialami temanku. Jadi dia beli tiket bus di mesin dekat pintu masuk. Ketika dia
masukin koin $1, koin itu keluar lagi. Harusnya kan koinnya masuk mesin, dan yg
keluar itu tiket. Lha ini kok malah koinnya keluar lagi. Trus dia masukin lagi
tuh koin. Keluar lagi. Sampai 3X, akhirnya penasaran dong. Mana dibelakangnya udah
banyak yg antri mau beli tiket juga. Setelah diamati, ternyata yg dia pegang adalah
koin dolar Singapore, bukannya dolar Australia. Ternyata ketika kemaren maen ke
Singapur, masih ada koin Singapur tertinggal di dompet. Walah, sama2 $1 cuma
beda negara, pantes ditolak mesin. Mesinnya pinter juga ya, bisa mengenali apa
itu duit Ostrali ato bukan.
Jangan
sampe nggak nyoba rute asyik berikut ini
“Naik bus ke O-Bahn yuk.
Keren lho jalannya, kayak rute bwt mainan tamiya gitu” kata si ayah bikin
penasaran. “Emang nggak bisa naik mobil aja?” tanyaku. “Jalannya nggak bisa
dilewati mobil, cuma bisa dilewati bus khusus” jawabnya.
Akhirnya, berdirilah
kami di sebuah halte bus. “Pilih bus yg ada roda kecil kayak roda tamiya di sebelah
ban bagian depan” kata si ayah memberi instruksi. “Soalnya cuma bus beroda
kecil itulah yg bisa melewati jalan O-Bahn” katanya lagi semakin membuatku
penasaran. Emang roda kecilnya buat apa sih?
Matthew Flinders, penjelajah Australia |
Setelah bus yg dimaksud
datang, kami segera masuk. “Pilih tempat duduk paling depan, biar jalannya
keliatan” kata si ayah lagi, tambah bikin penasaran. Setelah bus berjalan agak
lama, kami melewati sebuah terowongan pendek. Begitu keluar dari terowongan,
barulah jalan O-Bahn keliatan. Oalah, ternyata jalannya berubah jadi kayak rel
kereta, cuma bolong di tengah, makanya kalo mobil lewat sini bisa terperosok.
“Lihat tuh si sopir”
kata si ayah lagi. Si sopir dengan santai melepas setir dan melipat tangannya
di depan dada, hanya kakinya masih menginjak gas. Jadi roda kecil di depan
gunanya untuk mengendalikan laju bus, karena jalan di desain supaya pas dengan
body bus. Keren.
Ada
lagi nih rute lainnya yg nggak kalah seru. Kali ini aku
dalam perjalanan pulang dari Savers, sebuah tempat yang menjual barang-barang
bekas ato recycle (banyak pakaian, sepatu, perlengkapan musim dingin bekas pakai yg murah meriah disini. meski bekas tapi kondisinya masih bagus), yang beralamat di Kilburn 252 Churchill Road Prospect Adelaide
5082. Sebenarnya ini rute dlm rangka aku nyasar sih, jadi aku terbawa ke daerah
pinggiran yang berbukit-bukit.
Waktu itu aku naik bus
gandeng yg puanjang, terus aku dpt tempat duduk paling belakang yg agak tinggi.
Ternyata bus-nya lewat jalan perbukitan yg berkelak-kelok. Nah, karena busnya
super duper puanjang, walhasil aku, Zita, dan si ayah yg duduk paling belakang,
kebanting kesana kemari karena laju bus yg meliuk-liuk. Zita sampe ketawa-tawa
seneng, berasa naik kuda katanya. Seruuu…
Apa
Sih Arti Gaol di Adelaide?
Ada tempat nih, yg
sering aku lewati kalo naik tram dari Thebarton (Bonython Park) ke arah city.
Sebelum melewati Sahmri Building, ada tulisan ‘Gaol’ di pinggir jalan. “Gaol
itu apa sih yah?” tanyaku penasaran. “Orang Adelaide gaol gaol kali” katanya
ngasal sambil mengangkat bahu tanda tdk tau. Setelah bertanya pada teman
kuliahnya yg orang asli Adelaide, Gaol itu ternyata penjara. Nah loh, setauku
penjara itu jail ato prison ya. Setelah aku buka kamus bhs Inggris, ternyata
emang gaol = penjara. Waduh, kuper nih aku, baru tau kalo gaol itu bhs
inggrisnya penjara.
Sahmri Building |
Hal2
Unik di Adelaide
Teng tong teng tong. Aku
sedang berada di depan pintu perlintasan kereta api. Papan atau tiang
penghalangnya sih sama seperti di Indonesia. “Zita, kereta api di Australia ini
panjang banget. Coba ya dihitung ada berapa gerbong” kata si ayah. Zita dengan
semangat bersiap-siap menghitung. Begitu kereta terlihat melintas di depan kami,
Zita mulai menghitung. “Satu, dua…” Dua doang!!! Hahaha. Ya iyalah. Penduduk
Australia kan sedikit, jadi keretanya cuma terdiri dari dua gerbong saja. Nggak
seperti di Indonesia, sudah disediain 10 gerbong tetap saja kurang saking
banyaknya penduduk Indonesia. Si ayah ngakak, kayaknya seneng banget tuh
berhasil menipu istri dan anaknya. Hhhh… kena tipu deh.
Makanan Australi itu rasanya aneh2, tdk sesuai dg lidahku. Misal nih, ada keripik rasa vinegar. Aku kayaknya sering denger kata vinegar, tapi lupa artinya. Setelah aku cicipin tuh keripik, wuek, rasanya aneh. "Ya iyalah, vinegar kan artinya cuka" kata si ayah yg lebih jago englishnya. Ada juga keripik rasa acar, trus coklat rasa madu, dsb yg aneh2.
Selama di Adelaide, aku
nggak pernah liat kucing dan tikus seekorpun, nggak seperti di Indonesia dimana
kucing dan tikus banyak berkeliaran. Semut juga nggak ada sama sekali, mungkin
karena musim dingin, semut2 pada ngumpet, jadi aku tdk perlu khawatir pada Zita
yg kalo makan masih suka belepotan kemana2, kalo di Indonesia, dah pasti nih
semut2 langsung berdatangan begitu Zita selesai makan karena makannya
belepotan. Kecoa, cicak, dan nyamuk yg banyak berkeliaran di Indonesia juga
tidak terlihat disini.
Keripik nggak melempem
meski bungkusnya nggak ditutup seharian, mungkin karena dingin juga.
Sebaliknya, roti yg tadinya empuk dg cepat berubah menjadi keras seperti batu.
Toko-toko banyak yg
sudah tutup jam 6 petang. Di perumahan, lampu teras nggak ada yg nyala di malam
hari, begitupun di dlm rumah, ruangan gelap gulita jika tdk dipake, karena
listrik di Australia sangat mahal, jadi orang Adelaide hemat listrik. Meskipun
gelap, keadaan rumah tetap aman. Kalo di Indonesia, begitu ada rumah yg
terlihat gelap, pasti langsung disatronin maling deh, makanya org Indonesia nyalain
lampu dimana2 meskipun nggak dipake.
Banyak kacang Garuda di
supermarket termasuk Coles, dan semua tulisan di kemasan sudah ditranslate ke
bhs Inggris. Bangga nih, Garuda terbang sampai sini.
Sampah setiap hari
diangkut oleh mesin, bukan oleh orang seperti di Indonesia. Di bawah ini video truk sampah di Adelaide.
Belanja di Coles? Hitung
sendiri harga belanjaanmu di mesin kasir yg telah disediakan, dg cara
menempelkan barcode. Begitu total belanja sudah muncul di layar, masukkan
uangmu kedalam mesin. Sebagian besar Coles di Adelaide (mirip Carefour di Indonesia), tdk punya petugas kasir, jadi kita harus bisa ngitung sendiri belanjaan kita.
pom bensin |
Isi bensinmu sendiri
jika berkendara di Australia, karena disini tdk ada petugas pom bensin.
Meskipun tdk ada petugas, jgn harap bisa kabur kalo blom bayar ya, karena ada
kamera dimana2.
Cuci mobil sendiri,
meskipun banyak disediakan tempat pencucian mobil, tapi kamu harus mencuci
mobil sendiri dg peralatan yg telah disediakan.
Beresin sendiri piring
dan gelas bekas kamu makan (misal di Mc D), jangan maen tinggal aja kayak di
Indonesia ya.
Pokoknya di Australia
ini apa2 harus bisa sendiri, dan hanya dilayani oleh mesin. Mungkin karena
penduduk yg sedikit, jadi susah cari pekerja kali ya.
Kangen makanan (jajanan) Indonesia? Datanglah ke Bakulan (Indonesian groceries shop) di 1153 South Road, St Marys. Disini banyak dijual aneka makanan kemasan produk Indonesia seperti taro, wafer superman, indocafe coffemix, pokoknya semua produk Indonesia deh.
Di seberang Bakulan, ada supermarket menjual makanan2 murah. Di tempat ini banyak makanan dg tgl best before yg sudah kelewat, sehingga harganya miring. Ingat ya, best before tdk sama dg expired. Kalo expired berarti makanan sudah tdk layak konsumsi, tapi kalo tgl best before nya sudah kelewat, makanan masih bisa dimakan tapi sudah tdk best lagi.
Kangen makanan (jajanan) Indonesia? Datanglah ke Bakulan (Indonesian groceries shop) di 1153 South Road, St Marys. Disini banyak dijual aneka makanan kemasan produk Indonesia seperti taro, wafer superman, indocafe coffemix, pokoknya semua produk Indonesia deh.
Di seberang Bakulan, ada supermarket menjual makanan2 murah. Di tempat ini banyak makanan dg tgl best before yg sudah kelewat, sehingga harganya miring. Ingat ya, best before tdk sama dg expired. Kalo expired berarti makanan sudah tdk layak konsumsi, tapi kalo tgl best before nya sudah kelewat, makanan masih bisa dimakan tapi sudah tdk best lagi.
Oleh2
di Adelaide
Kalo di Sydney ada
Paddys Market, di Melbourne ada Victoria Market, trus kalo di Adelaide mau beli
oleh2 nyari dimana ya? Ada Adelaide Central Market yg terletak tdk begitu jauh
dari Victoria Square, jantungnya kota Adelaide. Disini banyak dijual aneka buah
dan sayuran, daging dan seafood, banyak café, Asian Groceries, dan kamu juga
bisa belanja oleh2 di tempat ini. Tapi kalo mau yg harganya lebih murah, ada
Adelaide Souvenir Wholesalers yg beralamat di 113 Muller Road, Hampstead
Gardens. Meskipun tokonya kecil, tapi lengkap dg harga lebih murah. Nah, bagi
yg mau ke Adelaide, jgn lupa oleh2 utkku yaaa…
Baca juga :
- tentang Melbourne
- tentang Sydney
- Custom Sydney Airport
- Visa Australia
Baca juga :
- tentang Melbourne
- tentang Sydney
- Custom Sydney Airport
- Visa Australia
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Hapuskalau diterapkan di Jakarta, saya yakin Jakarta bisa lebih lapang...
BalasHapustapi mungkin susah juga ngatur orang di jkt saking banyaknya orang. kalo adelaide krn penduduknya dikit, jadi lebih gampang ngaturnya
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusmainkan game kesayangan kamu di donacopoker dan dapatkan bonus 2x setiap harinya dan ada yang menarik dari donacopoker di tahun baru nanti donacopoker akan memberikan bonus deposit sebesar 50.000 tunggu apalagi jangan samapai kehabisan
BalasHapusAgen poker online
Agen poker online
Judi Kartu Online
bandar qq donacopoker
jadi tunggu apalagi hubungi kontak di bawah ini agar kamu tidak penasaran lagi
BBM : DC31E2B0
LINE : Donaco.poker
WHATSAPP : +6281333555662
mba, bagaimana cara mendapatkan pekerjaan di Australia?
BalasHapus