‘Tet tot’ suara nyaring terdengar dari ticket machine yang
berada di dalam tram yang kutumpangi. Tiket kecil yang kubeli seharga AUD 4 itu
melompat keluar, ditolak oleh mesin. Dengan cekatan tanganku menangkap tiket
kecil bertuliskan ‘Adelaide Metro’ yang terlempar itu, sambil mataku
berkeliaran dengan panik, menyapu seluruh isi gerbong. Hhmm, untung gerbong ini
sepi, jadi aku bisa dengan leluasa menyembunyikan rasa malu atas penolakan
mesin tiket tadi.
Kujelajahi dinding gerbong tram yang berisi banyak sekali
tulisan berbahasa Inggris. Setelah menemukan tulisan berisi peraturan di dalam
gerbong, aku membaca dengan lebih perlahan, mencari sebab kenapa tiketku
ditolak.
‘Free for CBD’ ternyata itulah permasalahannya, sangat sederhana
sekali, karena aku masih berada di dalam lingkungan CBD alias Central Business
District yang tidak memerlukan tiket, maka mesin menolak tiketku. Pinter banget
nih mesin, tau aja kalau tram masih bergerak di wilayah CBD. Aku memang baru
saja naik tram ini dari Rundle Mall yang masih berada di dalam wilayah CBD.
Aku duduk menyelonjorkan kaki di bangku tram yang sepi ini.
Seorang perempuan berkulit pucat dan berambut cokelat tersenyum dan menyapaku.
“Hi. Where will you go?” tanyanya menggunakan bahasa setempat. “Gleneg” jawabku
singkat menyebutkan tempat tujuanku. Sebenarnya tempat itu bertuliskan
‘Glenelg’ di dalam peta, tetapi karena aku tidak tau cara membacanya yang
benar, jadi aku hilangkan saja huruf ‘L’ dibelakang biar lebih gampang.
Perempuan berambut cokelat di depanku tersenyum geli
“Actually, your pronunciation is incorrect. Yang benar adalah… gli… nel…”
katanya membetulkan cara membacaku. Owh, ternyata ‘glenelg’ cara pengucapannya
adalah ‘glinel’.
Glenelg merupakan sebuah tempat yang berada di ujung salah
satu jalur tram yang membelah Kota Adelaide. Aku jadi penasaran, seperti apa
sih ujung jalur tram itu? Karena kalau melihat di peta, ujung jalur tram tujuan
Glenelg cuma ada satu jalur dan berhenti tepat di pinggir pantai.
Jalanan kota Adelaide yang lebarnya biasanya keterlaluan itu
(bisa muat untuk delapan jalur mobil), semakin menyempit ketika tram semakin
jauh meninggalkan pusat kota. Lebar jalan yang bisa memuat sampai enam mobil,
sedikit demi sedikit berkurang ukuran lebarnya. Sampai kemudian, hanya
menyisakan satu lajur saja, beberapa ratus meter sebelum tram sampai di ujung
jalan.
Karena hanya tersisa satu lajur, maka mobil dan tram harus
bergantian dalam menggunakan jalan ini. Jika ada tram yang sedang melintas,
mobil tidak dapat menggunakan jalan ini, atau mobil dapat berjalan pelan di
belakang tram sampai jalan berbelok sebelum Moseley Square. Disamping kanan dan
kiri jalan Jetty Road dipenuhi toko souvenir dan café-café yang mengimpit jalur
tram yang sempit.
Baca juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar