“Luffy, Zoro,
Sanji” aku sedang duduk santai bersama si kecil Zita di ruang tengah, sambil
menonton film One Piece yang saat ini sedang menjadi film favorit Zita.
Gara-gara sering nemenin Zita nonton, aku jadi nge-fans sama Roronoa Zoro si
pengguna tiga pedang dan selalu tersesat itu. Sebelum jatuh cinta pada One
Piece, Zita rutin nonton Detektif Conan dan mengkoleksi komiknya. Berawal dari
komik Jepang yang sering disebut sebagai ‘manga’ inilah, Zita jadi ingin
berkunjung ke Jepang.
Zita juga
semangat belajar bahasa Jepang dan banyak hapal lagu-lagu Jepang. Lagu Jepang
itu susah lho, apalagi menyanyikannya tanpa teks, aku sudah mencobanya dan
gagal total. Tetapi tidak demikian dengan Zita, sejak di awal usianya yang ketujuh
tahun, dia sudah hapal banyak lagu Jepang. Begitulah dahsyatnya kekuatan sebuah
mimpi, menjadikan hal yang sulit menjadi mudah.
Yume Wo Kanaete
Itulah hebatnya
Jepang, bisa menanamkan benih-benih mimpi ke dalam kepala anak-anak, dengan
komik-komik Jepangnya yang dikenal dengan sebutan ‘manga’. Jepang bisa membuat
anak-anak mengajak orang tua mereka untuk pergi ke Jepang hanya sekadar demi
mengisi liburan sekolah
mereka.
Jepang dengan budaya baju kimono mereka,
kuliner mereka seperti ramen, sushi, dan onigiri, yang membuat Zita penasaran
ingin sekedar mencicip. Jepang dengan kereta super cepat mereka yang sering
menghiasi berita di layar televisi, maupun lembaran koran, mempertontonkan
keunggulan transportasi mereka,
membuat siapapun pecinta kereta ingin merasakan kecepatannya.
Aku jadi teringat
pada kisah tentang Hachiko, seekor anjing yang terus dikenang sebagai lambang
kesetiaan anjing terhadap majikan. Setelah majikannya meninggal, Hachiko terus
menunggu majikannya yang tidak kunjung pulang di Stasiun Shibuya, Tokyo. Patung
Hachiko di depan Stasiun Shibuya berhasil menciptakan rasa penasaranku untuk
dapat berkunjung kesana dan melihatnya secara langsung.
Kimi Ga Ireba
Ah, Jepang, kamu
berhasil menjadikan dirimu sebagai tempat wisata favorit bagi banyak orang.
“Bunda, aku ingin
ke Jepang melihat sakura” kata
Zita ketika melihat sebuah iklan kecantikan yang memperlihatkan taburan bunga
sakura di musim semi. ‘’Bunda,
aku ingin ke Osaka, ketempat Heiji Hattori” kata Zita di hari yang lain lagi.
‘’Bunda, aku ingin ke SMA Teitan‘’ kata Zita lagi ketika melihat Shinichi Kudo dan
Ran Mouri berjalan bersama di sekolah yang entah benar ada, atau hanya
imajinasi seorang Aoyama Gosho.
Ah, Jepang, sungguh engkau berhasil membuat begitu banyak ingin di benak seorang Zita.
Ah, Jepang, sungguh engkau berhasil membuat begitu banyak ingin di benak seorang Zita.
“Itadakimas” kata
Zita setiap kali hendak menyuap makanan, “Oyasuminasai” mulutnya bersuara
sebelum terlelap, “Ohayou gozaimasu” katanya setiap kali suara ayam berkokok
terdengar. Hanya kata-kata sederhana seperti itu yang berhasil dihapalkan Zita
untuk saat ini, tapi ini semua merupakan sumbu yang menyulut mimpi Zita untuk
bisa berkunjung ke Jepang, dan aku yakin akan lebih banyak kosakata yang dapat
dihafalkannya di kelak hari selain konnichiwa, konbanwa, arigatou gozaimasu,
sumimasen, tadaima, dan ogenki desuka.
Mimpi, hanya ada
di angan-angan. Tapi tidak menutup kemungkinan, akan ada perahu yang bisa
menyeberangkan mimpi itu kepada kenyataan.
Apa jadinya dunia
tanpa mimpi? Pasti episode One Piece tidak akan sebanyak sekarang, karena tidak
ada mimpi Luffy untuk menjadi King of Pirate, atau mimpi Zoro untuk menjadi
pengguna pedang terkuat di dunia, maupun mimpi Sanji untuk menemukan All Blue.
Lalu, mana mimpimu?
Akankah mimpi seorang
anak bernama Zita menjadi kenyataan di kemudian hari? Semoga.
We Are - opening One Piece
Apakah kamu
mempunyai mimpi yang sama dengan Zita? Kalau iya, segera ikuti lomba blog yang
diadakan HIS Travel Indonesia supaya kamu dapat mewujudkan mimpimu untuk dapat pergi ke Jepang, menjadi
nyata.
Untuk info lengkapnya silakan baca di http://his-travel.co.id/amazing-sakura-blogger-competition/#panel3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar