Pagi itu, aku memulai
perjalananku dari Kepahiang, Propinsi Bengkulu. Tujuanku adalah Pagar Alam,
Sumsel. Hendak kemana aku kalau sudah sampai Pagar Alam nanti? Entahlah. Itu
kupikirkan nanti saja setelah aku sampai sana. Sebenarnya yang membuatku tertarik mengunjungi Pagar Alam adalah banyaknya situs megalitikum yang tersebar di Pagar Alam dan Lahat.
Jalan antar kota di
Pulau Sumatera, pulau terbesar ke-enam di dunia ini sangatlah sepi, berbeda
dengan jalanan di Pulau Jawa yang selalu ramai bahkan di tengah malam sekalipun.
Setelah melewati
jalanan yang berkelok dengan hutan dan semak belukar yang setia menemani
perjalanan, kami tiba di perbatasan Provinsi Bengkulu dan Provinsi Sumatera
Selatan. Sebuah tugu tinggi dengan seekor burung besar di puncak tugu menyambut
kedatangan kami di perbatasan ini. Sungai Musi terlihat di sebelah kanan kami,
menggantikan semak belukar yang sejak awal perjalanan menemani kami.
Begitu melewati
jembatan, kami harus berbelok ke kanan, meninggalkan Sungai Musi yang masih
setia mengalir ke arah timur dan berhilir di Palembang nun jauh disana.
Empat Lawang kami
lewati, tak berapa lama kemudian masuklah kami ke wilayah Pagar Alam. Begitu
masuk wilayah Pagar Alam, Gunung Dempo yang berdiri gagah menyambut kami,
dengan tulisan Pagar Alam di bagian tengah gunung.
“Bagaimana caranya
sampai ke merk Pagar Alam itu?” tanya pak Edy, supir kami, pada orang yang dia
temui di pinggir jalan. Merk artinya tulisan (dalam bahasa setempat).
Kami mulai mendaki
Gunung Dempo menggunakan mobil, kalau jalan kaki naik gunung aku sudah tidak
kuat, biasa, faktor U. Perkebunan teh terhampar luas menutupi Gunung Dempo.
Sepertinya ini kebun teh terluas yang pernah kulihat, meski menurut berita yang
beredar, perkebunan teh terluas di Indonesia ada di Gunung Kerinci (gunung
tertinggi di Sumatera dan tertinggi kedua di Indonesia setelah gunung-gunung di
Papua) dan merupakan kebun teh tertinggi kedua di dunia setelah kebun teh di
Himalaya. Tapi karena aku belum pernah ke kebun teh Tanjung Aro Jambi, jadilah
kebun teh di Gunung Dempo ini menjadi ‘kebun teh terluas yang pernah kukunjungi’
dengan luas 1.478 hektar.
Jalanan aspal yang
mulus, meliuk-liuk ke atas, mengantar kami sampai tulisan Pagar Alam yang
saking besarnya dapat terbaca dari kejauhan. Vila berwarna-warni menghiasi
perkebunan teh ini. Sayang aku tidak sempat menginap di vila ini karena esoknya
harus mengejar penerbangan ke Jakarta.
video tentang indahnya kebun teh di Gunung Dempo
Baca juga :
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
HapusKebun tehnya amazing :D
BalasHapusIyes banget. Dan luaasss..
Hapus