Port Adelaide terletak
14 km di sebelah barat laut dari pusat kota Adelaide. Port Adelaide merupakan
pelabuhan penting bagi Adelaide. Lalu apa saja yang menarik disini? Kita bisa
naik cruise yang berlayar di sepanjang Port Adelaide River sampai ke ujung
utara Torrens Island. Selama berlayar, kita akan ditemani kumpulan dolphins
atau lumba-lumba yang berenang di samping cruise. Setidaknya itu yang kubaca di
iklan yang terdapat di tempat penjualan tiket dolphin explorer cruiser yang
beralamat di Queens Wharf, Commercial Road.
Untuk bisa naik cruise
ini, kita harus membeli tiket seharga AUD 8 per orang nya. Selain bisa membeli
tiket secara online, kita bisa juga kok membeli tiket langsung di tempat, asal
belinya paling telat 20 menit sebelum kapal berlayar ya. Untuk yang mau membeli
tiket secara langsung, carilah loket tiket berbentuk van berwarna biru yang ada
di pinggir Port Adelaide ini.
tempat pembelian tiket |
Untuk jadwal pelayaran,
biasanya sih kapal ini berlayar dua kali dalam sehari yaitu pagi dan siang, dan
biasanya lagi, hanya berlayar di hari Minggu dan hari libur, jadi kalau kamu
ingin naik kapal ini, cek dulu jadwal berlayarnya di dolphinexplorer.com.au ya,
biar tidak kecelek seperti aku, ketika sampai di Port Adelaide, ternyata kapalnya
baru akan berlayar tiga jam lagi.
Untuk mengusir rasa
bosan ketika menunggu kapal berlayar, aku berkeliling di dalam pasar yang
berada di sebelah tempat penjualan tiket. Di dalam pasar ini ada banyak
souvenir khas Australia, berbagai macam buku, dan toko-toko penjual opal (opal
disini murah dan tidak bersertifikat, tapi menarik juga kok untuk dibikin
perhiasan).
Zita juga sempat membuat
face painting disini seharga AUD 4. Hanya dalam waktu kurang dari sepuluh
menit, seekor dolphin cantik sudah tergambar manis di pipinya.
Zita sedang dilukis pipinya |
Di pintu masuk pasar,
aku dan Zita sempat berfoto sama pengamen orang aborigin (penduduk awal
Australia sebelum orang-orang berkulit putih banyak berdatangan ke benua ini).
bersama pengamen orang aborigin dengan bendera mereka yg berwarna hitam dan merah dengan bulatan kuning di tengah |
Akhirnya, dolphin
explorer pun berlayar. Cruise ini terdiri dari tiga lantai, dan aku memilih
duduk di lantai teratas yang beratapkan langit. Meskipun siang hari bolong dan
matahari bersinar terik, tapi udara di bulan Juli ini tetaplah dingin. Inilah
yang membuat kulitku tampak gosong sepulang dari Australia. Karena dinginnya
udara bulan Juli, aku jadi sering berjemur di siang hari untuk mencari sedikit
kehangatan, padahal matahari disini meskipun rasanya dingin tapi tetap
menghitamkan kulit.
kapal terdiri dari tiga lantai |
Kembali ke atas kapal,
dengan antusias aku berdiri memandang perairan disekitarku, mencari keberadaan
para dolphin. Sudah lebih dari lima belas menit aku berdiri, tidak tampak
keberadaan dolphin dimana-mana. Akhirnya aku menyerah, dan kembali duduk sambil
menikmati chips dalam wadah ukuran jumbo seharga AUD 8 (semua makanan disini
ukurannya jumbo).
Lagi asyik-asyiknya
mengunyah chips, tiba-tiba ada seseorang di bagian kiri kapal berteriak
“look!”. Aku menoleh dan melihat seorang bule wanita sedang mengacungkan
jarinya ke samping kiri kapal. Sekonyong-konyong para penumpang kapal berpindah
tempat ke sebelah kiri. Aku sampai takut kapal akan terbalik karena semua orang
berdiri di sebelah kiri. Ternyata ada sekumpulan dolphin yang sedang
berlompatan di atas air. Tapi jaraknya lumayan jauh dari kapal sehingga para
dolphin itu tidak terlihat dengan jelas.
Sampai satu setengah jam
kemudian ketika kapal sudah berada di ujung utara Torrens Island, aku tidak
melihat dolphin lagi dimana-mana. Mungkin karena ini musim dingin jadi
dolphinnya pada ngumpet kali ya? Dalam perjalanan pulang, aku hanya sempat
melihat dolphin sebanyak dua kali, melompat tepat di depan tempat dudukku, dan
kemudian dia menghilang ke bawah air dan tidak muncul lagi.
Ketika kapal kembali
merapat ke dermaga, begitu turun dari kapal, aku disambut oleh anak-anak yang
banyak berderet di pinggir jalan sambil memainkan alat musik biola. Ternyata
mereka adalah pemusik jalanan. Kalau di Indonesia seperti pengamen cilik yang
membawa gitar kecil gitu deh. Bedanya, pengamen di Australia ini pakaiannya
rapi-rapi.
Baca juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar