“Mundur, mundur. Kanan,
kanan. Kiri jauh” aku sedang mengarahkan APV yang disopiri si ayah, berusaha
keluar dari jalan sempit ini. Awalnya kami hendak mencari lokasi Gereja Ayam
setelah puas menikmati sunrise di Punthuk Setumbu. Dari Punthuk Setumbu, kepala
Gereja Ayam terlihat membuatku penasaran. “Itu bangunan apa ya” tanyaku pada
orang disebelahku. “Itu namanya Gereja Ayam mbak”. Mumpung masih pagi, kami
memutuskan mengunjungi Gereja Ayam sekalian yang terletak tidak begitu jauh
dari Punthuk Setumbu.
Zita di depan gereja ayam |
Waktu itu, film AADC 2
belum tayang di bioskop, sehingga sangat susah untukku mencari keberadaan
Gereja Ayam yang berada di tengah hutan ini, karena papan petunjuk yang masih
minim, bahkan tidak ada sama sekali. Kami hanya bertanya pada penduduk
setempat, dan menggunakan feeling dalam memilih jalan yang benar. “Kayaknya
belok kanan nih, nggak mungkin kalau ke kiri, jalannya jelek begitu” begitulah
cara kami mencari jalan menuju Gereja Ayam.
Kami sempat nyasar ke halaman rumah
orang dan jalan buntu yang sempit, sehingga susah sekali memutar APV yang
panjang, untuk kembali ke jalan yang benar. Setelah melewati pabrik batu bata
rumahan, akhirnya sampailah kami di tempat parkir Gereja Ayam. Di tempat parkir
itu, hanya ada mobil kami sendirian, dan beberapa motor yang jumlahnya tidak
begitu banyak. (ingat! kejadian ini adalah sebelum film AADC 2 tayang di
bioskop jadi tempat ini masih sepi).
Rute Menuju Gereja Ayam
Untuk dapat sampai kesini,
carilah Hotel Manohara yang berada di samping Candi Borobudur. Dari situ ikuti
papan petunjuk ke Punthuk Setumbu. Ketika menemukan perempatan jalan,
berbeloklah ke kanan. Jangan lupa lihatlah selalu sisi kanan ya, karena Candi
Borobudur terlihat megah di sebelah kanan jalan. Setelah melewati Plataran
Hotel bagian samping dan gapura Selamat Datang di Desa Karangrejo, kamu tinggal
terus menyusuri jalan berkelok. Beberapa saat sebelum sampai Punthuk Setumbu,
berbeloklah ke kanan ke jalan yang lebih sempit.
Dari tempat parkir
kendaraan, kami masih harus berjalan kaki lumayan jauh dan menanjak. Setelah
ratusan langkah, akhirnya bangunan berbentuk burung merpati itu terlihat
menjulang di depanku. Untuk biaya masuk, tersedia kotak amal di samping pintu
dengan tulisan ‘seikhlasnya’. Entah berapa biaya masuk sekarang setelah tempat
ini terkenal.
Bangunan yang pada awalnya
dibuat untuk tujuan sebagai rumah doa ini terlihat tidak terawat dengan warna
tembok yang kusam (sekarang sih sepertinya sudah dicat bagus). Kemudian untuk
tangga terbuat dari kayu yang jarak antar anak tangga lumayan jauh, dan
berlubang pula sehingga kalau tidak berhati-hati bisa kejeblos kakinya. Tetapi
setelah sampai di puncak kepala (mahkota) merpati, pemandangan yang terlihat
dari sini ternyata lebih menakjubkan dari pemandangan di Punthuk Setumbu
(menurutku sih).
Waktu itu (sebelum ada AADC
2), tempat ini masih sepi sehingga aku bisa menikmati pemandangan dengan puas
tanpa diburu-buru waktu. Sekarang kabarnya hanya diberi waktu 5 menit di atas
mahkota merpati karena saking banyaknya yang antri pengen ke atas, dan di
sekeliling mahkota sekarang sudah diberi pagar pengaman, mungkin saking
banyaknya orang ke atas sini sehingga takut ada yang jatuh kalau
berdesak-desakan.
sebelum ada AADC 2 seperti ini, tidak ada pagar pengaman |
Baca juga :
saya taunya ada gereja ayam itu dari AADC mbak, jadi penasaran pengen kesana. salam kenal
BalasHapusiya tempat ini memang semakin terkenal karna ada AADC2. salam kenal juga
BalasHapus