Minggu, 01 Januari 2017

Gereja Ayam, Rumah Doa Berbentuk Merpati



“Mundur, mundur. Kanan, kanan. Kiri jauh” aku sedang mengarahkan APV yang disopiri si ayah, berusaha keluar dari jalan sempit ini. Awalnya kami hendak mencari lokasi Gereja Ayam setelah puas menikmati sunrise di Punthuk Setumbu. Dari Punthuk Setumbu, kepala Gereja Ayam terlihat membuatku penasaran. “Itu bangunan apa ya” tanyaku pada orang disebelahku. “Itu namanya Gereja Ayam mbak”. Mumpung masih pagi, kami memutuskan mengunjungi Gereja Ayam sekalian yang terletak tidak begitu jauh dari Punthuk Setumbu.

Zita di depan gereja ayam

Waktu itu, film AADC 2 belum tayang di bioskop, sehingga sangat susah untukku mencari keberadaan Gereja Ayam yang berada di tengah hutan ini, karena papan petunjuk yang masih minim, bahkan tidak ada sama sekali. Kami hanya bertanya pada penduduk setempat, dan menggunakan feeling dalam memilih jalan yang benar. “Kayaknya belok kanan nih, nggak mungkin kalau ke kiri, jalannya jelek begitu” begitulah cara kami mencari jalan menuju Gereja Ayam.
 
jendela di bagian leher merpati
Kami sempat nyasar ke halaman rumah orang dan jalan buntu yang sempit, sehingga susah sekali memutar APV yang panjang, untuk kembali ke jalan yang benar. Setelah melewati pabrik batu bata rumahan, akhirnya sampailah kami di tempat parkir Gereja Ayam. Di tempat parkir itu, hanya ada mobil kami sendirian, dan beberapa motor yang jumlahnya tidak begitu banyak. (ingat! kejadian ini adalah sebelum film AADC 2 tayang di bioskop jadi tempat ini masih sepi).
 
pemandangan dari bagian mulut merpati
Rute Menuju Gereja Ayam
Untuk dapat sampai kesini, carilah Hotel Manohara yang berada di samping Candi Borobudur. Dari situ ikuti papan petunjuk ke Punthuk Setumbu. Ketika menemukan perempatan jalan, berbeloklah ke kanan. Jangan lupa lihatlah selalu sisi kanan ya, karena Candi Borobudur terlihat megah di sebelah kanan jalan. Setelah melewati Plataran Hotel bagian samping dan gapura Selamat Datang di Desa Karangrejo, kamu tinggal terus menyusuri jalan berkelok. Beberapa saat sebelum sampai Punthuk Setumbu, berbeloklah ke kanan ke jalan yang lebih sempit.
 
bagian ekor merpati
Dari tempat parkir kendaraan, kami masih harus berjalan kaki lumayan jauh dan menanjak. Setelah ratusan langkah, akhirnya bangunan berbentuk burung merpati itu terlihat menjulang di depanku. Untuk biaya masuk, tersedia kotak amal di samping pintu dengan tulisan ‘seikhlasnya’. Entah berapa biaya masuk sekarang setelah tempat ini terkenal.
 
pintu di bagian mahkota merpati
 
akhirnya sampai puncak juga
Bangunan yang pada awalnya dibuat untuk tujuan sebagai rumah doa ini terlihat tidak terawat dengan warna tembok yang kusam (sekarang sih sepertinya sudah dicat bagus). Kemudian untuk tangga terbuat dari kayu yang jarak antar anak tangga lumayan jauh, dan berlubang pula sehingga kalau tidak berhati-hati bisa kejeblos kakinya. Tetapi setelah sampai di puncak kepala (mahkota) merpati, pemandangan yang terlihat dari sini ternyata lebih menakjubkan dari pemandangan di Punthuk Setumbu (menurutku sih).
 
beginilah tangganya, kalau tidak berhati-hati kaki bisa terperosok
 
melihat ke bawah dari bagian kepala merpati
Waktu itu (sebelum ada AADC 2), tempat ini masih sepi sehingga aku bisa menikmati pemandangan dengan puas tanpa diburu-buru waktu. Sekarang kabarnya hanya diberi waktu 5 menit di atas mahkota merpati karena saking banyaknya yang antri pengen ke atas, dan di sekeliling mahkota sekarang sudah diberi pagar pengaman, mungkin saking banyaknya orang ke atas sini sehingga takut ada yang jatuh kalau berdesak-desakan.
sebelum ada AADC 2 seperti ini, tidak ada pagar pengaman

Baca juga : 

2 komentar:

  1. saya taunya ada gereja ayam itu dari AADC mbak, jadi penasaran pengen kesana. salam kenal

    BalasHapus
  2. iya tempat ini memang semakin terkenal karna ada AADC2. salam kenal juga

    BalasHapus