Gelap masih menyelimuti
Kingscote ketika aku mulai memasukkan barang-barang ke bagasi mobil. Packing
lagi. Beberapa hari terakhir, hidupku sudah seperti kucing beranak, pindah sana
pindah sini (orang bilang, kucing itu kalo beranak, belum afdol kalo belum
menggotong anak-anaknya untuk pindah tempat sebanyak tujuh kali).
Bedanya aku sama kucing,
aku harus packing tiap kali pindah tempat. Baru beberapa hari di Sydney, sudah
pindah ke Melbourne, lanjut Adelaide, dan sekarang ada di Kangaroo Island. Baru
beberapa hari bongkar koper, sudah harus packing lagi dan menempuh perjalanan
selanjutnya, begitu terus, sampai rasanya badanku remuk seperti habis
diinjak-injak kanguru.
Pagi itu, aku
memindahkan barang-barang bawaan dengan asal, dari kamar tempatku menginap di
Kangaroo Island YHA Backpacker yang beralamat di 19 Murray Street, Kingscote.
Seperti kebanyakan rumah penduduk di Australia, halaman hostel gelap gulita,
karena orang-orang Australia hemat listrik, tidak ada lampu menyala kalo tidak
digunakan, semua lampu mati, bahkan lampu teras sekalipun, sehingga aku harus
packing dalam kegelapan.
Jam enam pagi di bulan
Juli, matahari belum bangun di belahan bumi bagian selatan yang jauh dari khatulistiwa
ini. Matahari baru muncul jam delapan nanti. Aku sudah selesai memasukkan
barang dengan berantakan di bagasi mobil. “Yang penting semua barang keangkut”
kataku pada si ayah yang geleng-geleng kepala melihat bagasi mobilnya terlihat
ancur dengan berbagai macam barang yang saling tumpang tindih tidak beraturan.
Sebelum meninggalkan
hostel, kami menulis pesan ucapan terima kasih di papan tulis yang tersedia di
dapur kepada pengelola hostel. Sepertinya pria bule pengelola hostel yang ramah
itu masih meringkuk di tempat tidurnya karena memang hari masih gelap.
Setelah seharian kemarin
kami menjelajah Kangaroo Island bagian timur, hari ini kami meluncur kembali ke
jalanan, menuju bagian barat Kangaroo Island.
Wild Island with Wild Stories
Kangaroo Island
dipercaya pernah ditinggali orang-orang Aborigin pada 16.000 tahun yang lalu,
ketika pulau itu belum terpisah dari daratan utama Australia. Bagaimana
kemudian orang-orang itu menghilang dari Kangaroo Island 2000 tahun yang lalu,
tidak pernah ada yang tahu. Itu merupakan sebuah misteri, untuk kemudian pulau
itu terkenal dengan sebutan ‘Land of the Dead’.
Tahun 1800, pemerintah
Inggris mengirim Kapten Matthew Flinders untuk mengeksplor tempat itu. Pada
bulan Maret 1802, Flinders mulai memetakan tempat itu dan memberi nama Kangaroo
Island. Kemudian, para pendatang non-aborigin mulai bermunculan, dan tinggal di
pulau itu.
Selain Matthew Flinders,
ada tokoh lain yang datang ke pulau ini pada 8 April 1802, yaitu Nicolas Baudin
yang berasal dari Perancis. Meskipun Inggris dan Perancis sedang berperang pada
waktu itu, dua penjelajah berbeda negara ini saling membantu dalam memetakan
Kangaroo Island.
Kematian dimana-mana
Jika bagian timur pulau
sudah agak ramai oleh kehidupan manusia, maka sangat berbeda dengan bagian
barat. Di bagian ini, hampir tidak ada kehidupan manusia yang terlihat. Sepi
dan sunyi menemani kami. Rambu pertama bergambar kanguru aku lewati. Kemudian
rambu kedua, dan ketiga. “Mana nih kangurunya, cuma gambar doang di pinggir
jalan” kataku bosan melihat jalanan yang masih sepi. Sinar mentari mulai
menerobos dedaunan pohon yang tidak begitu rimbun, meskipun gelap masih
mendominan.
Tiba-tiba, ciiitttt,
mobil di rem mendadak. “Bunda, ada kanguru” kata Zita yang duduk di depan,
disebelah ayahnya. Kanguru itu berdiri dengan tegak di depan mobil kami,
ditengah jalan yang lengang. Tingginya melebihi tinggi mobil kami. Matanya
menatap ke arah kami.
Aku pernah baca kalau
kanguru tertarik pada sinar. Mungkin kanguru itu tertarik pada sinar mobil
depan kami, yang masih menyala menembus kegelapan. Hanya beberapa detik
sebenarnya, sebelum kanguru itu menghilang di balik semak di pinggir jalan
hanya dengan satu lompatan saja. Sial, aku belum sempat memotretnya.
Beberapa meter kedepan,
aku kembali menemukan kanguru, kali ini dalam posisi tergeletak di pinggir
jalan, mati. Di depannya ada lagi, ada lagi. Beberapa kanguru mati, mungkin
tertabrak mobil yang melaju kencang di jalanan aspal yang mulus. Pengemudi
manapun, kalau bertemu dengan aspal mulus dan sepi seperti ini, tentu inginnya
tancap gas sekencang mungkin. Seharusnya para pengemudi lebih berhati-hati
disini, karena pulau ini banyak dihuni oleh aneka hewan yang hidup bebas
berkeliaran.
Para kanguru yang mati,
kebanyakan sudah dipindah oleh petugas hutan ke pinggir jalan, badannya ramai
dikerubutin burung gagak yang mencabik-cabik daging kanguru yang tak berdaya
itu. Beberapa masih tergeletak di tengah jalan, pertanda bahwa kejadian tabrak
lari itu belum lama berselang, jasadnya masih utuh, belum sempat dipindah oleh
petugas hutan.
Tidak hanya kanguru,
koala juga ada yang menjadi korban tabrak lari, meskipun aku cuma melihat satu,
karena koala lebih banyak hidup di atas pohon, tidak berkeliaran di jalan
seperti kanguru.
Beberapa kali kami
dikagetkan oleh kanguru yang tiba-tiba melompat dari balik semak di pinggir
jalan. Si ayah memelankan laju kendaraan, supaya tidak mencelakai para kanguru
yang menyeberang jalan tanpa tengok kanan kiri dulu, nyelonong begitu saja.
Gerbang Flinders Chase National Park
Hampir sampai di ujung
barat pulau, kami melewati gerbang Flinders Chase National Park. Ada bangunan
di pinggir jalan, tempat kita harus membeli tiket masuk. Hanya ada seorang
petugas di balik meja kasir, sendirian di tengah hutan luas ini. Entah berapa
gajinya, sampai mau tinggal di tempat yang sepi ini.
Setelah membayar dan
mendapat stiker yang harus ditempel di kaca depan mobil, kami kembali melaju ke
arah Remarkable Rocks.
Remarkable Rocks
Remarkable Rocks
merupakan batuan alami yang berbentuk seperti cangkang hewan. Butuh waktu
jutaan tahun untuk hujan, angin, dan ombak dapat membentuk batuan ini. Jika
batuan ini kering tidak terkena hujan, sangat aman untuk menaiki batuan ini,
meskipun tidak dianjurkan untuk berjalan terlalu ke pinggir, karena tidak ada
pagar pengaman di sekeliling batuan ini. Jika terjadi angin yang sangat
kencang, tidak menutup kemungkinan batu-batuan berukuran kecil dan sedang,
dapat tercebur ke laut di bawahnya.
di atas Remarkable Rocks |
Jalan yang harus dilalui
untuk dapat sampai ke Remarkable Rocks berupa jalan kayu yang dikelilingi
gerumbulan semak rendah.
Bersambung.. kesini
Bersambung.. kesini
Wah seru seru yah..
BalasHapusMau liburan atau coba travelling ke Bangka Belitung.
http://aderiorental.com
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapuskeren banget ya pemandangannya.
BalasHapusdisana juga ada rambu tentang adanya kangaroo tapi kok gak ada ya..